- Hidup yang bergalau gemertak deru mesin tenun pada siur jaringan benang dan ragi kain panjang pada tawarnya hati bila anak jadi berbesaran sebuah keluarga sendiri pula dunianya
ibunya, ibu berwajah hangus diang tungku terbungkuk begini renta cuma bertutup dada nafkah bertuangkan lilin mendidih dan jejak canting tembaga
bapanya, bapa penenun tua jika pagi-pagi sekali (penabur gigih dari persemaian menyemi di hati) menganyamkan kehidupannya bila peluit pabrik berbunyi
tidak ingin bapa melantangi gemuruh pedal mesin tenun karena berteguh janji jadi penyemai sabar setia sejemput benih, tergenggam di jarinya dan jari ibu tua disuburi lilin mendidih, kesibukan kukuh papan tenun berlaga
- Bila mendewasa kanak: bujang dan gadis remaja dibesarkan di gubuk tepi kali basuhan kain mori sudut sebuah kota iklimnya kewangian desa ramah bumi persemaian, pinta doa bersahaja
bila malam turun di satu akhir tahun diintip kerlip kandil di pelupuh gubuk mungil bapa bersila padat, irup kretek berdecit-decit bujang meningkah, meregang kejang tadi siang ibu bersugi merah sirih, lamban perlahan melepas pandang sayang pada gadis mengikal kembang
bila tiba-tiba saja bapa berkata
(ibu menggeser merah sugi, gadis memilin tepi kain)
-kelamarin pagi keluarga Diman,
datang meminang kau Idja
Idja tersirap Idja dara berikal kembang tunduknya hening berpintal damba dambanya damba abang Diman dambakan tanah ramah menggembur bumi persemaian di lepas riba tua berjalin sari kesayangan
Hidup, yang bergalau gemertak deru mesin tenun pada siur jaringan benang dan ragi kain panjang penabur setia, di subur dada bumi yang ramah dan menerima.
Kisah, no 9, thn III, September 1955
Karya:
~Taufiq Ismail~
Puisi - Puisi Awal (1953 - 1960)
0 komentar
Berkomentarlah dengan Bahasa yang Relevan dan Sopan.. #ThinkHIGH! ^_^