Siapa lagi sekarang akan ditangkap. Menanti Mungkin sebentar lagi mereka akan datang mengetuk pintu Mendorong masuk dan menjerembabkan nasib Di ambang waktu. Dengan berbagai tuduhan Barangkali agen mereka ada di antara kita Dengan pestol Browning di pinggang dalam Kita tak pernah pasti tahu Mengapa engkau pucat sekali? Intip cermin di atas lemari Di luar angin pepohonan damar masih berseru Atau jip-kah itu yang menderu? Cek sekali lagi: sudahkah semua dokumen dibakar Bersihkan sisa abu di lubang kloset Granat dan sten di dinding-papan Hapalkan nama-nama palsu kalian Sudjono! Hentikan goyangan kakimu Merokoklah. Merokok di kolong kalau tak tahan Udara terlalu pekap di sini, dalam temaram Kita makin berpeluh tapi jari kenapa menggigil Udara panas bergetah dengan bau ikan sardin Seorang bangkit pelan, mengintip di balik gorden
Tiba-tiba berteriak, melolong-lolong Tjok dan Momo menerkamku tak berbunyi Dan menyumbat mulutku Aku berontak, lepas dalam geliat liar Tapi badan mereka bagai sapi Bali Lenganku dikunci mereka ke punggung. Badanku Dibengkok-busurkan Keluh serak dari mulutku
‘Lepaskan dia. Dan kau diam’
Kata Budi
‘Kau terlalu tegang’
Diapun menuding ke sudut kamar
Aku terhuyung ke sana, dua langkah
Dan tiga langkah surut kembali
Dalam gerakan terpincang, kataku serak:
‘Budi, aku telah berkhianat’
Seluruh kamar tegang dan pekat
Halilintar meledak dalam ruangan
Mata mereka nanap, duka perjuangan semakin berat
Angin pepohonan damar menebas tajam bagai kelewang
‘Budi, aku sudah berkhianat’Aku melihat berkeliling. Mereka diam anehLenganku mula mengulur, lalu bergantunganDengan gelisah aku berputar melihat kawan-kawanMataku merah dan liar serigalaMeneriakkan ‘Aku pengkhianat!’Dan aku tersedu, tertengkurap di tengah kamar
Mereka semua diam. Sudjono mematikan rokoknyaAku menangis seperti anak lima tahunYang kehilangan baling-baling kertasnya‘Tembaklah aku. Mereka sudah tahu semuanyaAku tak tahan Budi, tembaklah aku di sini’
Budi memberi tanda. Senjata-senjata dibongkar dari dinding
Dengan perkasa mereka siap berangkat dalam formasi rahasia
Mereka akan menyelinap lewat gang belakang
Sepanjang urat-urat kota memperjuangkan kemerdekaan
Di sela rapatnya rumah-rumah, meneruskan gerakan di bawah tanah
Budi melucuti belatiku dan Momo memberi perintah Menggamit Tjok dan Maliki dengan tangan perunggu Perlahan yang lain berangkat satu-satu Setiap orang memerlukan menoleh padaku sebentar Di lantai, aku menekuri jubin sebelah meja Dan Momo yang akan menjalankan perintah komandan Berdiri dengan belatiku telanjang di tangan.
1963
Karya:
~Taufiq Ismail~
Taufiq Ismail - Sajak Ladang Jagung (Buku Pertama)
- Judul : Penghianatan
- Dikirim : Unknown
- Karya : Taufiq Ismail Taufiq Ismail - Sajak Ladang Jagung (Buku Pertama)
-
Rating : 100% based on 10 ratings. 5 user reviews.
Item Reviewed: Penghianatan
9 out of 10 based on 10 ratings. 9 user reviews.
0 komentar
Berkomentarlah dengan Bahasa yang Relevan dan Sopan.. #ThinkHIGH! ^_^